Bullying ; Ancaman Generasi Muda

 



Di zaman yang telah memasuki era globalisasi ini banyak sekali permasalahan yang semakin hari semakin pelik untuk di bahas dan semakin miris jika di biarkan begitu saja. Permasalahan yang selalu menjadi sebuah tekanan tersendiri entah sadar ataukah tidak. Satu dari sekian banyaknya permasalahan tersebut adalah “perundungan” atau yang biasa kita kenal dengan Bullying. 

Bullying (dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai “penindasan/risak”) merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus. Bullying atau perundangan ini sering dan erat kaitannya dengan perlakuan tidak baik entah dengan mengejek, menghina, atau bahkan melukai secara verbal dan fisik karena adanya perbedaan seperti perbedaan fisik, ekonomi, lingkungan pertemanan bahkan hal-hal kecil seperti di anggap tidak patuh pada sekelompok orang tertentu ketika di suruh. 

Sebuah hal yang mengerikan ketika kita berkaca pada angka kasus bullying saat ini, Di dunia Prevalensi bullying diperkirakan 8 hingga 50% di beberapa negara Asia, Amerika, dan Eropa (Soedjatmiko dkk, 2013). Sementara di Indonesia kita sendiri tercatat di KPAI, 13 Februari 2023 tercatat kenaikan angka kasus ini sebanyak 1.138 dari kasus kekerasan fisik hingga psikis . Kasus yang sangat memperihatinkan. Dan lebih parahnya angka korban dan kasus ini hanya terjadi pada orang-orang yang berani untuk melapor, namun banyak sekali orang-orang atau anak-anak di luar sana yang lebih memilih diam, tidak berani dan hidup dalam bayang-bayang pembullyan yang mengerikan. 

Banyak diantara kita yang masih menyepelekan hal ini dengan selalu beranggapan bahwa kegiatan seperti mengejek dan menghina adalah sebuah bentuk candaan dan juga bentuk bermain, namun nyatanya hal semacam itu tak bisa dikatakan sebagai candaan. Bukankah candaan adalah ketika kita membuat suasana menjadi menyenangkan untuk kedua belah pihak, bukan hanya satu orang dan juga yang lainnya tertindas. 

Tak hanya itu, kasus-kasus seperti hilangnya semangat hidup dan bersosialisasi, depresi, stress hingga berujung mengakhiri hidup karena Bullying sudah tidak terdengar asing di telinga, kita tidak bisa berpura-pura buta dan tuli akan hal ini. Perbedaan yang menjadi faktor utama, minimnya simpati dan edukasi juga menjadi hal yang utama dalam mencetus terjadinya perilaku bullying ini. Bak virus beracun yang mudah menjangkiti bullying pun demikian. 

Beberapa faktor utama menurut CNBC Indonesia penyebab Bullying dapat terjadi karena beberapa hal sebagai berikut ;

1. Anak dengan Kontrol Diri Rendah

Pelaku bullying bisa hadir karena kontrol diri yang rendah. Mereka mungkin sebelumnya menjadi korban kekerasan, lalu menganggap dirinya selalu terancam dan biasanya bertindak menyerang sebelum diserang.

Pelaku bullying jelas tidak memiliki perasaan dan tanggung jawab terhadap tindakan yang telah dilakukan. Pembully selalu ingin mengontrol, mendominasi, dan tidak menghargai orang lain. Mereka melakukan bullying sebagai bentuk balas dendam.

2. Faktor Keluarga

Kehidupan keluarga yang tidak harmonis juga bisa menjadi penyebab muncul pelaku bullying. Orang tua yang sering bertengkar dan melakukan tindakan agresif biasanya mendorong anak melakukan bullying. Orang tua seperti ini juga tidak mampu memberikan pengasuhan yang baik.

3. Ada Supporter

Teman sebaya yang menjadi supporter atau penonton membuat pelaku bullying makin menjadi-jadi. Secara tidak langsung, kehadiran suporter membantu pembully memperoleh dukungan kuasa, popularitas, dan status.

4. Kebijakan Sekolah

Kebijakan sekolah mempengaruhi aktivitas, tingkah laku, serta interaksi pelajar di sekolah. Rasa aman dan dihargai merupakan dasar pencapaian akademik yang tinggi di sekolah. Jika tidak terpenuhi, pelajar bakal bertindak semena-mena.

Mereka akan berusaha mengontrol lingkungan dengan melakukan bullying. Jadi, manajemen dan pengawasan disiplin sekolah yang lemah mengakibatkan munculnya bullying di sekolah.

5. Media Massa

Tidak sepenuhnya media massa menyajikan konten yang mendidik dan sesuai untuk umur anak. Banyak tontonan kekerasan yang muncul di media massa membuat anak terdorong untuk mencontoh dan melakukan hal serupa di sekolah. Peran orang tua di sini juga dibutuhkan untuk mengontrol konsumsi dan tontonan anak agar tak muncul bibit-bibit pembully.

Faktor-faktor di atas sudah sangat nampak dan perlu kita antisipasi. Sebagai langkah preventif perlu adanya kesadaran dari setiap pihak mengenai hal ini. Terlebih Bullying rata-rata terjadi pada anak usia remaja yang masih membutuhkan banyak asupan bermanfaat dari lingkungan sekitarnya. Bayangkan saja seorang anak remaja yang punya masa depan panjang harus terenggut oleh perilaku bullying yang membuat awalnya kehilangan semangat hidup, demotivasi, stress, depresi hingga bahkan bunuh diri. Kita tidak bisa diam dan tidak bisa bertindak apa-apa. 

Sehingga lewat tulisan ini saya ingin membagikan pemahaman dan juga langkah preventif yang bisa di lakukan dalam mengatasi bullying ini marak dan semakin berakar di lingkungan masyarakat kita. Yakni dengan beberapa hal sebagai berikut :

1. Memberikan edukasi

Salah satu hal utama yang menciptakan bullying adalah minimnya pengetahuan pelaku dan juga korban bahkan orang-orang yang melihat perilaku bullying. Mereka menganggap hal tersebut hanyalah sebuah candaan biasa, padahal sudah menjadi bagian dari perilaku bullying. Sehingga penting adanya bagi siapapun yang memahami terkait perilaku bullying untuk memberi edukasi kepada orang-orang yang melakukan atau beresiko menjadi korban maupun pelaku bullying.

2. Merangkul korban dan memotivasi pelaku

Banyak di antara kita yang kadang salah bertindak dalam menangani Bullying. Kadang ketika melihat sebuah tindakan yang mengarah pada bullying kita langsung memarahi pelaku dan juga korban. Padahal dengan tindakan tersebut nyatanya hanya akan memberikan sebuah stigma pada pelaku dan juga korban. 

Korban yang merasa tidak di lindungi akan semakin merasa tertekan dan stress, dan pelaku yang juga merasa tidak di batasi akan semakin melestarikan perbuatannya. Oleh karena itu perlu adanya merangkul korban ketika kita melihat perilaku bullying dan juga memberi motivasi berupa sebuah bentuk peningkatan kesadaran akan tindakan yang dilakukannya yang merupakan sebuah kesalahan besar.

3. Menata keluarga dengan memberi pemahaman kepada anak

Pencegahan melalui anak bisa dilakukan dengan cara memberi pengetahuan tentang apa itu bullying dan pastikan anak mampu melawan tindakan bullying jika terjadi kepadanya. 

Selain itu, edukasi anak agar bisa memberikan bantuan ketika melihat tindakan bullying terjadi. Misalnya dengan melerai/mendamaikan, mendukung korban agar kembali percaya diri, hingga melaporkan tindakan bullying kepada pihak sekolah, orang tua, dan tokoh masyarakat.

Dan masih banyak pula rekomendasi pencegahan yang bisa di sesuaikan dengan keadaan yang ada.

Ayok kita tumbukan generasi bebas bullying dengan meningkatkan rasa persaudaraan dan rasa kasih sayang sesama kita. Karena kita adalah satu, kita adalah Indonesia. 


Komentar

Postingan Populer