Gen'Z Quarter Life Crisis : Challenges and Opportunities for Future Leader

 


Generasi Z, atau Gen Z, adalah kelompok masyarakat yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Menurut teori generasi yang di kemukakan oleh Graeme Codrington dan Sue Grant-Marshall, Penguin, (2004) Generasi Z lahir pada tahun 1997-2012 atau generasi yang lahir pada akhir abad ke 20 dan awal abad ke 21 (wikipedia, 2021). Mereka tumbuh dalam era digital dan dihadapkan pada serangkaian perubahan dan tantangan yang unik. Salah satu konsep yang dapat menggambarkan pengalaman Gen Z adalah "Quartet Life Crisis," yaitu perangkat empat krisis yang mencakup krisis identitas, krisis nilai, krisis karier, dan krisis perubahan iklim. Menurut Kemenkes Republik Indonesia Quarter Life Crisis sendiri merupakan periode dimana manusia mulai masuk masa dewasa. Krisis ini di anggap sulit yang di alami generasi usia 25-30 tahun, dimana kamu mungkin merasakan serangan emosional luar biasa, menjadi cemas, tidak nyaman, kebingungan dengan arah hidup, merasa salah arah dan putus asa (Kemkes, 2023). Dalam essay ini, kita akan menjelajahi tantangan dan peluang yang muncul dari Quartet Life Crisis ini, dan bagaimana Gen Z dapat mempersiapkan diri sebagai pemimpin masa depan yang mampu mengatasi perubahan global yang kompleks.

Krisis Identitas: Menemukan Jati Diri di Era Digital

Salah satu tantangan utama yang dihadapi Gen Z adalah krisis identitas. Mereka hidup dalam dunia digital yang penuh dengan ekspektasi sosial, citra diri yang tercurah, dan tekanan untuk membangun identitas online yang sempurna. Tantangan ini dapat mengganggu perkembangan pribadi dan kesehatan mental mereka. Namun, hal ini juga membuka peluang untuk berkembang dan mengubah cara kita memahami identitas dan interaksi sosial. Pilihannya cuman dua, pertama adalah bila Gen-Z itu ingin berkembang dan menjadi manusia lebih baik di masa depan maka dia akan memanfaatkan kesempatan yang ada dengan beradaptasi namun tidak melupakan nilai moral sementara bagi dia yang mau hidupnya di masa depan suram maka dia akan memilih untuk tidak melakukan apapun, terpengaruh dengan teknologi yang ada.

Gen Z, sebagai pemimpin masa depan, memiliki kesempatan untuk membentuk narasi identitas yang lebih inklusif dan berempati. Mereka dapat menggabungkan pembelajaran dari dunia digital dengan nilai-nilai positif seperti keragaman, toleransi, dan penerimaan. Dengan memahami dan merangkul perbedaan, Gen Z dapat memimpin dengan kebijaksanaan dalam dunia yang semakin terhubung.

Krisis Nilai: Menghadapi Perubahan Sosial dan Budaya

Gen Z juga mengalami krisis nilai yang kompleks. Perubahan sosial, peningkatan kesadaran akan isu-isu lingkungan, serta perubahan budaya telah memicu pertanyaan mendalam tentang apa yang benar dan salah. Ini bisa menjadi konflik internal yang sulit untuk diatasi. Namun, krisis nilai ini juga membuka jalan bagi Gen Z untuk menjadi pemimpin yang dapat mempromosikan perubahan positif dalam masyarakat. Banyak di anatara Generasi Z yang menganggap bahwa perubahan sosial dan budaya tidak memberikan dampak terhadap mereka sehingga hal tersebut mendorong mereka untuk tetap santai seakan mengabaikan realita yang ada.
Sebagai pemimpin masa depan, Gen Z memiliki peluang untuk memimpin dengan nilai-nilai keberlanjutan, keadilan, dan tanggung jawab sosial. Mereka dapat menjadi pionir dalam menggabungkan teknologi dengan etika, menjalankan bisnis yang berkelanjutan, dan mendukung upaya perubahan sosial yang diperlukan.

Krisis Karier: Memahami Dunia Kerja yang Berubah Cepat

Gen Z menghadapi krisis karier yang berbeda dari generasi sebelumnya. Dunia kerja terus berubah, dengan kemunculan pekerjaan baru dan hilangnya pekerjaan tradisional. Ini menimbulkan kekhawatiran tentang stabilitas pekerjaan dan pemenuhan karier. Namun, Gen Z juga memiliki potensi untuk mengadaptasi dan memimpin dalam dunia kerja yang fleksibel dan inovatif. Sebagai pemimpin masa depan, Gen Z dapat mempersiapkan diri dengan keterampilan yang relevan untuk ekonomi digital, seperti literasi teknologi tinggi dan kreativitas. Mereka dapat menjadi pengusaha yang berani dan berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu. Fleksibilitas dan adaptasi akan menjadi kunci sukses dalam menghadapi krisis karier. Gen Z harus lebih adaptif dengan perkembangan yang ada, memanfaatkannya sebagai peluang pengembangan diri dan menebar kebermanfaatan di masa yang datang bagi banya orang.

Krisis Perubahan Iklim: Memimpin dalam Mengatasi Tantangan Lingkungan

Krisis perubahan iklim adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh Gen Z. Mereka adalah generasi yang akan mengalami dampak perubahan iklim secara langsung. Namun, ini juga memberi mereka kesempatan untuk menjadi pelopor dalam upaya perlindungan lingkungan. Sebagai pemimpin masa depan, Gen Z harus mengambil peran penting dalam memimpin upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Mereka dapat mempromosikan energi terbarukan, gaya hidup berkelanjutan, dan kebijakan lingkungan yang berwawasan masa depan. Dengan kerja keras dan kolaborasi, mereka dapat membantu masyarakat global untuk menghadapi krisis perubahan iklim.


Gen Z menghadapi Quartet Life Crisis yang unik, yang mencakup krisis identitas, krisis nilai, krisis karier, dan krisis perubahan iklim. Tantangan ini membutuhkan ketekunan, pemikiran kritis, dan kepemimpinan yang kuat. Namun, Gen Z juga memiliki peluang besar untuk membentuk dunia yang lebih baik dengan nilai-nilai keberlanjutan, inklusi, dan perubahan positif. Sebagai pemimpin masa depan, mereka dapat memimpin dalam mengatasi perubahan global yang kompleks dan mendefinisikan peran mereka dalam sejarah. Mereka memiliki peluang besar menjadi pemimpin hebat di masa depan meski di tengah guncangan Quarter Life Crisis, karena mereka di kelilingi dengan kemajuan yang sangat mendukung. 

“Mari melangkah mengambil kesempatan dalam tantangan, karena kita anak muda punya banyak jatah gagal. Jadikan tantangan sebagai peluang untuk menjadi generasi hebat di masa datang”.

Komentar

Postingan Populer