Kesehatan Jiwa Mahasiswa dan Ancaman Bunuh Diri

 


Mahasiswa merupakan aset bangsa yang diharapkan dapat meneruskan tongkat estafet pembangunan di masa mendatang. Namun, berbagai tekanan di masa perkuliahan kerap kali berdampak pada gangguan kesehatan jiwa mahasiswa. Hal ini tercermin dari beberapa kasus bunuh diri mahasiswa akibat depresi yang terjadi akhir-akhir ini. Tekanan tersebut sering kali di anggap mahasiswa sebagai sebuah beban yang tak berujung, yang pada akhirnya berdampak bagi kesehatan mental mahasiswa itu sendiri.

Menurut data Riskesdas 2018, prevalensi gangguan mental emosional pada kelompok umur 15-24 tahun cukup tinggi yakni sebesar 14,3%. Sedangkan hasil riset Kementerian Kesehatan pada 2020 menyebutkan 41,7% mahasiswa Indonesia pernah mengalami depresi. Sayangnya, kondisi ini masih belum mendapat perhatian memadai dari berbagai pihak. Kurangnya perhatian dari berbagai pihak ini menyebabkan trand bunuh diri semakin nyata dan semakin menjadi-jadi. Banyak sekali berita yang muncul di televisi maupun media masa lainnya terkait kasus bunuh diri, itupun yang terekspos bagaiman dengan yang tidak terekspos?

Beberapa faktor yang dapat memicu gangguan mental emosional dan kecenderungan bunuh diri pada mahasiswa antara lain tekanan akademik yang berlebihan, kurangnya dukungan sosial, putus asa menghadapi masa depan, kesepian, broken home, dan lain sebagainya. Tanpa dukungan yang tepat, kondisi tertekan ini dapat mendorong mahasiswa melakukan upaya bunuh diri. Berbicara mengenai faktor-faktor di atas rasanya bukanlah hal yang baru. Faktor-faktor ini kerap kali muncul karena kita tidak mampu memberikan batasan terhadap diri kita, batasan dalam berpikir, batas dalam berinteraksi, dalam melakukan apapun itu. Kita terlalu membebaskan diri kita, terlalu membebaskan pikrian kita untuk menyerap segala hal tanpa memilah hal tersebut terlebih dahulu. Seperti contohnya saat kita tertekan dengan kuliah dan segala bentuk akademiknya, dan membuat kita berpikir bahwa ini adalah keletihan luar biasa, adalah sebuah beban. Padahal jika di pikir kembali kita masih punya peluang berpikir yang jauh lebih positif seperti menganggap bahwa ini adalah tantangan menjadi orang sukses, bahwa kita tidak akan jadi orang hebat tanpa ada ujian di dalamnya. Meski kita tidak pernah tahu pikiran orang lain yang terdampak gangguan mental bagaimana namun sejatinya kontrol diri, koping dan memberikan batasan terhadap diri, pikiran dan hati juga perlu dan memang penting.

Oleh karena itu, langkah preventif dan kuratif sangat diperlukan untuk mengatasi masalah ini. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:

1. Meningkatkan layanan konseling psikologi di kampus yang mudah diakses mahasiswa.

2. Membangun peer support system agar mahasiswa bisa saling mendukung dan menolong secara emosional. 

3. Melakukan sosialisasi tentang kesehatan jiwa dan bunuh diri kepada mahasiswa secara berkala.

4. Membuat kebijakan rehabilitasi bagi mahasiswa yang pernah melakukan percobaan bunuh diri agar mendapat pendampingan khusus.

5. Menyediakan hotline darurat bantuan konseling bagi mahasiswa yang punya kecenderungan melukai diri.

6. Melibatkan orangtua dan keluarga mahasiswa dalam mendeteksi dan membantu mereka yang berisiko tinggi.

7. Menciptakan lingkungan kampus yang sehat dan mendukung tumbuhnya harga diri positif mahasiswa.

Dengan berbagai upaya tersebut, diharapkan kasus bunuh diri mahasiswa akibat depresi dapat dicegah. Kesehatan jiwa mahasiswa perlu mendapat perhatian dan penanganan serius agar mereka bisa menyelesaikan studi dengan baik serta berkontribusi optimal bagi bangsa di masa depan.

Pada akhir kalimat ini, mohon teramat dalam kepada siapapun di luar sana yang saat ini tengah banyak masalah, yang tengah lelah, tengah banyak pikiran dan merasa hidup ini tidak ada akhirnya serta mencari bunuh diri sebagai solusi tolong berhenti sejenak. Pikirkan kembali, bukankah saat masih di dalam perut saat tuhan memberi kita pilihan untuk hidup sebab ada kebahagiaan dan kebaikan saat di tunjukkan dan kita memilih untuk tetap hidup? Pikirkan itu dan berusahalah sampai pada titik itu. 

Bukankah kita punya orang-orang yang perlu untuk di banggakan, dan kita sendiri perlu untuk mendapat kehidupan yang lebih baik nanti? Bukankah Tuhan maha menciptakan banyak solusi dan jalan keluar? Yakinlah ini, kalian akan menemukan apa-apa yang kalian cari selama kalian terus berjalan, selama terus berusaha mencarinya. Kalau capek tidak mengapa berisitirahat, bercerita kepada siapapun bahkan pada dirimu sendiri, tidak mengapa mengucapakan tidak baik-baik saja saat ini. 

Kamu hebat sudah berjuang sampai detik ini, aku bangga. 

Komentar

Postingan Populer