Mahasiswa dan Depresi: Menyikapi Fenomena Bunuh Diri Mahasiswa
Secara psikologis, depresi pada mahasiswa kerap dipicu tekanan akademik, masalah keluarga atau asmara, kesepian merantau, hingga ketidakpastian masa depan. Kondisi tertekan ini jika tak ditangani dengan baik, berisiko mendorong mahasiswa melakukan upaya melukai atau mengakhiri hidup.
Sayangnya, literasi kesehatan mental dan dukungan konseling psikologi di banyak kampus masih sangat minim. Stigma soal depresi dan bunuh diri pun kerap menempatkan mahasiswa dalam posisi terpojok tanpa bantuan.
Padahal sesungguhnya, depresi pada mahasiswa bisa dicegah dan diatasi jika upaya preventif dan kuratif dilakukan secara tepat. Peningkatan layanan konseling di kampus, peer support system, sosialisasi anti stigma depresi, hingga melibatkan keluarga adalah langkah konkret yang dapat dilakukan.
Dengan dukungan psikososial yang memadai, diharapkan kondisi mental mahasiswa sebagai tiang masa depan bangsa akan semakin tangguh. Sebab meski berat, depresi dan keputusasaan bukanlah jalan buntu. Selalu ada harapan dan solusi jika kita mau terbuka dan mau menolong.
Selain konseling psikologi yang memadai, keterlibatan aktif elemen kampus lainnya juga mutlak diperlukan. Misalnya dosen yang menjadi mentor bagi mahasiswa bimbingannya. Para dosen perlu dibekali kemampuan untuk mengenali tanda-tanda depresi dan risiko bunuh diri pada mahasiswa bimbingannya.
Kemudian melalui hubungan kedekatan yang terjalin, dosen mentor dapat memberikan dukungan emosi, memantau, dan membantu akses pertolongan profesional jika diperlukan. Terlebih dosen wali yang menjadi figur sekaligus konselor bagi mahasiswa bimbingannya. Peran dosen sangat vital dalam pencegahan kasus bunuh diri mahasiswa.
Selain itu, konseling teman sebaya oleh senior kepada yunior sesama mahasiswa patut digalakkan di setiap fakultas. Melalui suasana keakraban dan keterbukaan satu sama lain, senior diharapkan dapat menjadi peer support system yang siap mendengarkan, memberikan nasihat, dan mengarahkan adik tingkatnya ke psikolog jika diperlukan.
Program Peer Counseling semacam ini cukup efektif karena adik tingkat biasanya merasa lebih nyaman bercerita dan terbuka dengan senior yang sudah mereka kenal. Faktor usia dan situasi yang hampir serupa kerap membuat mereka lebih "klick".
Dengan dukungan dari berbagai lini di kampus, diharapkan insiden bunuh diri akibat depresi pada kalangan mahasiswa yang kian mencemaskan ini bisa dicegah sedini mungkin. Kesadaran dan tindakan kolektif sangat menentukan untuk menyelamatkan para pemuda-pemudi penerus bangsa dari jerat depresi berujung maut ini.
Komentar
Posting Komentar