Banda: Pengabdian dan Cinta. Kilas Perjalanan Gerakan Mengajar Desa Maluku 2024

 


“Kita tidak diciptakan dengan sia-sia dan untuk menjadi sia-sia”. Kalimat ini menjadi pembuka artikel ini. Penulis ingin membagikan sebuah perjalanan pengabdian yang penuh makna, sebuah perjalanan yang memberi banyak sekali pelajaran. 

Hari itu tepat tanggal tanggal 26 Februari di pelabuhan Yos Sudarso, Ambon, ketika rombongan Gerakan Mengajar Desa (GMD) Maluku 2024 berkumpul. Adalah tanda awal dari sebuah perjalanan pengabdian yang memberikan banyak sekali pelajaran hidup. Para relawan, yang terdiri dari beberapa mahasiswa berbagai latar belakang, bersiap untuk menyeberangi Laut Banda menuju kepulauan rempah yang legendaris. Dengan segudang harapan dan sejuta cinta untuk pengabdian. Perjalanan laut selama 24 jam menjadi kesempatan bagi para relawan untuk saling mempersiapkan diri, meski sebelumnya sudah saling kenal di atas kapal inilah beberapa karakter mulai saling kenal. Di atas kapal, mereka mendiskusikan rencana program, berbagi harapan, dan menyusun strategi menghadapi tantangan yang mungkin muncul. Sederhananya niat ikhlas menjadi acuan, harap-harap jika tidak bisa seluruh program satu dua saja sudah lebih dari cukup. 

Setibanya di Banda Neira, pusat pemerintahan Kepulauan Banda, rombongan GMD disambut hangat oleh masyarakat setempat. Para relawan kemudian dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk kemudian tinggal di rumah warga. Ada sedikit cemas ketika pertama menginjakkan kaki di pulau Banda ini, cemasnya adalah takut dengan pandangan orang terhadap orang baru yang akan mengabdi selama tujuh hari disini. Tapi begitulah, seperti namanya yang indah orang-orangnya juga sama indahnya, sama baiknya. 

Program GMD Maluku 2024 di Banda berfokus pada aspek utama: yakni pendidikan. Dalam aspek pendidikan, para relawan tidak hanya mengajar di sekolah-sekolah formal, tetapi juga mengadakan kelas-kelas tambahan dan pelatihan keterampilan untuk anak-anak. Mereka harus beradaptasi dengan kondisi sekolah yang terkadang minim fasilitas, meski sudah terbilang memadai untuk tingkat sekolah dasar (karena fokus para relawan adalah sekolah dasar) akan tetapi perlu pengembangan lebih lanjut agar setara dengan beberapa sekolah kota yang terbilang sedikit lebih berkembang. Selain itu ada juga ada kelas khusus bahasa inggris, dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman bahasa inggris, program ini di ambil sebab kita tahu Banda adalah salah satu destinasi wisata yang sering di kunjungi turis, dengan demikian mungkin memberikan mereka dengan sedikit pemahaman berbahasa inggris membantu mereka lebih terbuka dan bisa berkomunikasi meski hanya basic dengan para turis tersebut. Selain kelas berbahasa inggris ini, sebagai tambahan program di luar program utama para relawan mengadakan kelas tari sebagai bentuk pelestarian budaya. Di zaman yang telah terglobalisasi ini budaya kerap terancam, untuk itu kelas ini hadir sebagai bentuk pelestarian budaya agar tidak di lupakan oleh anak-anak di sana. 

Pengabdian yang dilakukan kurang lebih dua pekan ini tidak luput dari tantangan perjalanan pengabdian ini. Cuaca yang tidak menentu, terutama saat musim hujan, sering kali menghambat akses ke beberapa desa. Listrik yang tidak stabil dan sinyal komunikasi yang lemah juga menjadi kendala dalam pelaksanaan program. Namun, para relawan GMD menunjukkan kreativitas dan ketangguhan mereka. Mereka mengembangkan metode pembelajaran yang tidak terlalu bergantung pada listrik dan teknologi modern. Di sela-sela kegiatan mengajar dan pemberdayaan, para relawan juga belajar banyak dari masyarakat Banda. Membantu beberapa kegiatan masyarakat, bergotong royong melaksanakan kerja bakti dan beberapa kegiatan kecil namun berdampak lainnya.

Setelah dua pekan yang intensif, program GMD Maluku 2024 di Banda akhirnya sampai pada penghujungnya. Malam perpisahan diisi dengan pesta sederhana yang melibatkan seluruh masyarakat desa. Acara ini menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk berbagi cerita tentang dampak positif yang telah mereka rasakan dari program GMD. Keesokan harinya, saat kapal yang membawa para relawan GMD mulai bergerak meninggalkan dermaga Banda Neira, dermaga dipenuhi oleh masyarakat yang ingin mengucapkan selamat jalan. Momen haru ini menjadi bukti nyata bahwa dalam waktu dua bulan, ikatan yang kuat telah terjalin antara para relawan dan masyarakat Banda.

Refleksi akhir dilakukan di atas kapal dalam perjalanan kembali ke Ambon. Para relawan berbagi pelajaran penting yang mereka dapatkan selama pengabdian di Banda. Mereka menekankan pentingnya kolaborasi antara pengetahuan modern dan kearifan lokal, kekuatan dari tindakan-tindakan kecil yang konsisten, serta makna sejati dari pendidikan yang membuka pikiran dan hati. Gerakan Mengajar Desa Maluku 2024 di Banda telah memberikan dampak yang signifikan, tidak hanya bagi masyarakat Banda tetapi juga bagi para relawan sendiri. Program ini telah membuka mata mereka tentang realitas kehidupan di daerah terpencil Indonesia dan menginspirasi mereka untuk terus berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Pengabdian ini memberi banyak makna, entah kebersamaan yang sebelumnya kita sendiri tidak saling kenal, dengan satu niat yang sama berkumpul menjadi keluarga. Memberi pengalaman dan pelajaran yang tak terhitung nilainya. Tanpa pengabdian kita juga tidak mungkin tahu rasanya bersusah payah memajukan sesuatu, bersusah payah memberikan kontribusi yang lelah tapi hasilnya lillah. 

Beberapa bulan setelah pengabdian tersebut, tepat tanggal 8 juli 2024. Surat keputusan pemberhentian leader dan ceo leader di keluarkan yang mana itu berarti masa jabatan GMD telah selesai. Segala bentuk pengabdian baik nyata maupun rencana tidak lagi dapat di realisasikan. Tapi meskipun demikian, semangat untuk tetap berdampak baik akan selalu ada hingga akhir hayat. Pengabdian GMD menjadi sebuah jalan awal untuk terus mengembangkan diri serta berupaya memberikan manfaat bagi orang banyak. Rumah ini menjadi tempat berkembang, meski tak lagi di tempati nanti untuk periode kita namun pelajaran, kenangan, dan pengalaman berharga juga semangat mengabdi akan selalu ada. Tulisan ini juga menjadi kenangan bagi penulis selama menjadi bagian dari GMD bersama dengan orang-orang hebat. Pengabdian di Banda memang sebuah program wajib, namun penulis tidak menekankan itu disini yang ingin penulis sampaikan adalah sebuah bentuk romantisasi kenangan dengan berujung pengalaman bersama orang-orang hebat. 

Penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih untuk kawan-kawan hebat selama masa mengabdi dan menjalankan periode. Untuk Kak Rudolf selaku leader yang banyak sekali memberi kontribusi, mengarahkan serta menjadi kepala yang ruwet memikirkan kemajuan dan keberhasilan program. Kepada Kak Rani bendahara sekaligus sosok teduh nan baik, Kak Nur, Kak Novi dan Kak Indah yang super duper aktif juga penuh ide cemerlang. Kak Putri yang inovatif dan kreatif. Juga Kak Evel yang supel, Tak bisa di pungkiri perempuan-perempuan ini berkalung terpilih. Terima kasih juga untuk Kak Azan, laki-laki paling kritis dengan setumpuk ide dan gagasan hebat. Meski terasa liar menusuk hati, tapi yakin dia sosok hebat yang perlu di jaga dan tetap ada. Kak Arfan sosok laki-laki dewasa yang bisa di bilang mampu menjadi perlindungan, sebab ia yang paling bisa di ajak bercerita panjang lebar. Pemikiran dan ide-idenya tak kalah sosoknya yang tertulis keren. Dan untuk Kak Sam, laki-laki tangguh. Sosok pertama setelah Kak Putri yang ku kenal. Laki-laki yang juga punya gagasan kreatif. Untuk Kak Riska dan Kak Rifki yang juga super duper keren meski belum bertemu secara langsung. Penulis sebagai co leader mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya sudah menjadi tempat bertumbuh dan berbagai, tempat belajar banyak hal. Menjadi bagian dari kalian adalah pengalaman tak terlupakan.

Sebagai penutup penulis hanya ingin mengucapkan meski telah selesai masa, silaturahmi dan kerjasama ini tak akan pernah selesai. Tetap tumbuh dengan semangat ikhlas bermanfaat bagi banyak orang. Tetap berupaya mengabdi dengan tulus untuk kemajuan bersama. Percayalah “Segala hal baik yang di usahakan akan kembali kepada yang mengusahakan”. Penulis teramat bersyukur. 

Penulis : Rifki Ambari Duila 

Komentar

Postingan Populer