Tentang Orang-Orang Hilang



Tentang mereka yang telah lebih dulu pergi, dan kita yang masih belajar merelakan.

Kapan terakhir kali kau memikirkan mereka yang telah pergi?


Bukan hanya tentang kepergian seorang ayah, ibu, saudara, sahabat, atau kekasih lama yang tak lagi ada, tetapi tentang semua yang pernah duduk di sisimu, menyapamu dengan tawa yang sekarang hanya tinggal gema dalam kepala.


Pernahkah kau merasa bahwa waktu terasa sangat berharga, justru setelah ia habis?


Bahwa kenangan menjadi lebih hangat, lebih tajam, lebih nyata, ketika tak ada lagi kesempatan untuk mengulang apa yang dulu terasa biasa?


Dulu, kita kira esok masih panjang.


Bahwa pelukan bisa ditunda, bahwa pesan bisa dibalas nanti, bahwa pertemuan bisa diagendakan ulang. Namun kehilangan datang tak pernah sopan ia tidak mengetuk pintu. Ia masuk, menetap, lalu meninggalkan ruang kosong yang tak bisa diisi dengan apapun, kecuali ingatan.


Kini, dalam hening yang tak bisa kita tolak, kita berjalan di dalam rumah-rumah kenangan.


Membuka laci, melihat foto usang, mendengarkan kembali suara mereka di dalam kepala seolah-olah tubuh mereka masih bisa disentuh.


Orang-orang bilang waktu menyembuhkan.


Tapi mereka lupa waktu juga bisa mengiris. Karena waktu bukan obat, ia adalah cermin. Ia memperlihatkan betapa rapuh kita tanpa mereka, betapa rindu bisa menyamar menjadi senyum, dan betapa kehilangan membuat kita belajar menjadi kuat tanpa pernah merasa siap.


Mereka yang telah pergi bukan hanya nama di setiap jalan hidupmu. Mereka adalah cerita, adalah aroma kopi pagi yang mengingatkanmu padanya, adalah lagu-lagu lama yang tiba-tiba membuatmu menangis tanpa sebab, adalah jalan pulang yang terasa lebih sunyi.


Tapi bukankah kehilangan juga mengajari kita sesuatu?


Bahwa kita tak pernah benar-benar memiliki apa pun secara utuh, bahwa semua yang kita cintai bisa diambil, dan yang bisa kita simpan hanyalah kenangan rapuh, tapi abadi.


Maka jika hari ini kau masih bisa mendengar suara orang-orang yang kau sayangi, masih bisa melihat senyum mereka, masih bisa menyentuh tangan mereka kamu masih punya banyak waktu yang tak harus kau tunggu, untuk memeluk mereka lebih lama, bahkan mendekap mereka lebih rapat.


Karena kelak, waktu bisa menjadi sesuatu yang kau harapkan kembali, namun tak lagi tersedia.


Dan bagi mereka yang telah lebih dulu pergi, percaya saja mereka tidak benar-benar jauh. Mereka tinggal di dalam dada, di antara doa yang diam-diam kau bisikkan, di dalam rindu yang tak pernah selesai kau eja.


Mereka adalah orang-orang hilang yang diam-diam, masih pulang lewat kenangan.

Komentar

Postingan Populer